Sabtu, 05 Mei 2012

GEMPA (SUHUL) DALAM PENGERTIAN MASYARAKAT BATAK KUNO


Molo ro gempa, sai adong do na mandok ‘suhul’. Adong do hubunganna tu poda ni ompusijolojolo tubu (batak)?
Suhul ima gagang ni parang. Na uju i sai dietong angka ompunta sijolojolo tubu do anggo di toru ni tano on ima naga, jadi molo adong gempa (lalo) na marlapatan na marhusor do naga i di toru. Alani i molo masa lalo sai ditullanghon ma parang/podang tu tano asa hona naga i jala ndang marhusori be
Dalam mitology batak, bumi ini diciptakan oleh perempuan yang bernama si boru deak parujar.
Si boru deak parujar adalah borunya Debata mula jadi na bolon yang tinggal di langit dalam kala itu.
Si boru deak parujar mengisi waktunya dengan menenun ulos di langit.
Suatu hari salah satu alat dari alat tenunnya jatuh dari langit. turunlah si boru deak parujar untuk megambilnya. karena satu hal tertentu, dia jadi enggan balik ke langit.
Akhirnya dia meminta ayahnya untuk mengirimkan baginya tanah untuk tempat berpijak. Tanah dikirim melalui leang-leang situmandi.
Jadilah dibentuk bumi ini sedikit demi sedikit di atas perairan. semakin lama semakin luas.
Hatinya semakin terpikat untuk tinggal di tanah yang di tempahnya. Tentu saja hal ini sangat mengganggu ayahnya. singkatnya, untuk menggagalkan dan menghancurkan rencana si boru deak parujar, disuruhlah Raja padoha untuk merayu, tapi si boru deak parujar tidak kalah bijak. ditipunyalah si laki-laki itu.
Ia diikat di sebatang kayu lalu ditancapkan di tanah, kemudian tanah tersebut ditempah oleh si boru deak parujar. Merasa tertipu, si laki-laki tersebut berupaya meloloskan diri dengan menggoyang tanah yang sedang ditempah itu.
Jika dia menggetarkan tubuhnya maka bergoyanglah tanah yang sedang ditempah itu, dikenal dengan LALO.
Untuk mengatasi hal tersebut, si boru deak parujar menyerukan SUHUL….SUHUL….SUHUL…dengan keyakinan bahwa kayu tempat ditancapkannya si raja padoha tersebut semakin dalam sehingga si raja padoha berhenti menggoyang-goyangkan tanah yang sedang ditempah itu.
Kepercayaan mitology itu akhirnya menjadi budaya batak yang tersimpan hingga kini.
Itulah  sebabnya di kampung khususnya di samosir, bila terjadi gempa, orang-orang lokal berseru SUHUL.

0 komentar:

Posting Komentar